Senin, 28 Desember 2015

Resensi Film Sanctum



SANCTUM
Sutradara: Alister Grierson
Excecutif Producer   : James Cameron
PENDAHULUAN
Sanctum adalah film yang disutradarai oleh Alister Grierson, sineas asal Australia yang pernah            mengarahkan   debutnya dalam Kokoda (2006). Meskipun  sang sutradara bersama sinematografer Jules O'Loughlin tak punya pengalaman dengan kamera 3D yang dikembangkan sejak film Avatar (2009), namun mereka dapat menghasilkan karya yang bagus. Sayang sekali yang ditayangkan di Indonesia bukanlah versi 3D. Namun, selain aksi menegangkan serta sinematografi yang dibilang bagus. Film drama petualangan yang naskahnya ditulis oleh John Garvin ini terinspirasi dari kisah nyata sang produser Andrew Wight yang memimpin ekspedisi menyelam ke dalam gua bawah air, kemudian harus mencari jalan keluar setelah badai jatuh pada pintu masuk gua sistem Pengambilan gambar filmnya pun dikerjakan di Gold Coast di Queensland, Australia, dengan menggunakan kamera khusus 3D yang dinamakan Fusion Camera System. Film yang menghabiskan biaya produksi sebesar $30 juta ini dibintangi oleh artis-artis yang mungkin sebagian besar berasal dari Australia. Untuk jajaran pemainnya. Diantaranya aktor yang pernah tampil sebagai The Duke dalam Moulin Rouge! (2001); Richard Roxburgh, aktor yang dikenal ketika memerankan karakter Thomas dalam The Black Balloon (2008); Rhys Wakefield, Aktor yang pertama kalinya tampil di film besar dalam Spotswoods (1992); Daniel Wyllie, serta aktor yang berperan sebagai Mister Fantastic dalam dua seri film Fantastic Four; Ioan Gruffudd.  Film yang dirilis pada tanggal 4 Februari 2011 ini berhasil meraup pendapatan sebesar $108,609,310 dari peredarannya di seluruh dunia.
SINOPSIS
Sanctum adalah  film yang didasari oleh kisah  nyata yang berceritakan  tentang perjuangan hidup sekelompok anggota ekspedisi yang tengah meneliti dasar gua Esa`ala di pedalaman Papua New Guenia. “Induk dari segala gua”, begitulah julukan Gua Esa Ala di Papua New Guinea yang menjadi pemandangan alam pertama pada adegan Film Sanctum. Gua vertikal yang luar biasa besarnya ini menarik minat Frank untuk menjelajah dan menemukan jalur sungai bawah tanah yang diyakini akan bermuara menuju laut.  "Esa'Ala Cave" atau "GUA Esa'Ala" yang letaknya di Papua New Guinea (Papua Nugini) tepatnya di Kabupaten Esa'Ala. GUA ini nyata dan mempunyai sungai bawah laut yang menakjubkan. Menurut kabarnya, sebagian besar GUA ini belum pernah dijelajahi. Pada awalnya ekspedisi yang mereka lakukan berjalan dengan lancar dan  mereka berhasil menemukan sebuah aliran air di dasar gua tersebut yang berkemungkinan besar aliran itu bisa membawa mereka tembus langsung menuju ke laut lepas. Kisah perjuangan ini berawal dari kejadian alam yang tak mereka duga, disaat kelompok ekspedisi ini masih berada di dasar gua, terjadi badai besar,  morfologi gua yang memiliki celah besar, yang langsung menghadap langit, membuat air hujan yang turun mudah sekali untuk masuk kedalam, ditambah lagi dengan intensitas curah hujan yang tinggi mempercepat air tiba di dasar gua. Frank dan seorang penyelam lain bernama Judes (Allison Cratchley), menyelam ke dalam air di bagian bawah gua yang belum pernah terjelajahi, yang mereka sebut Pembatasan Setan. Mereka turun melalui lubang yang cukup sempit dan menemukan sebuah gua besar yang luas dengan langit-langit raksasa. Ketika mereka kembali ke BaseCamp, selang alat pernapasan Judes bocor. Karena mereka tidak memiliki tabung cadangan, mereka terpaksa berbagi udara saat mencoba untuk kembali. Setelah bergantian menggunakan masker beberapa kali, Judes panik dan menolak untuk kembali memberikan selang kepada Frank. Frank pun terpaksa merebut masker darinya dan mendorongnya ke bawah hingga meninggal tepat didepannya. Ketika Frank kembali, Josh menyalahkan ayahnya atas kematian Judes, namun Frank berbalik menyalahkan putranya tersebut karena tidak bisa membawa tabung cadangan yang seharusnya dia bawa ke BaseCamp.
Sementara itu, badai besar sedang mengamuk di permukaan dan orang-orang di pangkalan atas tidak dapat memberi peringatan yang ada di dalam gua karena jalur komunikasi terputus. Josh yang tidak mengetahui hal itu, dia bersama penyelam lainnya; Luko (Cramer Cain), Liz (Nicole Downs), dan J.D. (Christopher Baker) berusaha untuk kembali ke permukaan ketika air telah mengaliri lorong-lorong         gua .Satu demi satu anggota tim mati. Luko terluka parah dan setelah banyak diskusi, Frank memutuskan untuk membunuhnya untuk membuatnya keluar dari penderitaannya. Sementara teman terbaik Frank, George (Dan Wyllie), yang memiliki penyakit dekompresi mengalami kesulitan untuk melanjutkan, dan dia sendiri meninggal setelah memutuskan untuk tinggal di belakang agar tidak memperlambat yang lainnya. Sedangkan Vic yang sebelumnya tidak memperdulikan saran Frank, terjebak dengan peralatan sendiri dan akhirnya juga menyebabkan kematiannya. Kelompok yang tersisa kini hanya Frank, Josh dan Carl, yang hanya memiliki satu alat pernapasan dan mereka memutuskan untuk istirahat sebentar. Josh kemudian menemukan beberapa kotoran kelelawar dan menyimpulkan bahwa kemungkinan ada jalan keluar terdekat. Mereka pun membuat jalan melalui lorong-lorong dan menemukan lubang kecil yang mengarah ke permukaan. Mereka tidak menunggu untuk diselamatkan karena mungkin mereka bisa mati kelaparan dan dehidrasi sebelum itu terjadi, sehingga mereka memutuskan untuk mencari jalan lain melalui gua. Di sepanjang jalan, mereka menemukan Carl yang masih hidup namun menjadi paranoid, dan karena panik, Carl menyerang dan melukai Frank sampai mati. Putus asa, Carl menyelam kembali ke dalam air tanpa tabung pernapasan untuk mencari jalan keluar. Josh sekarang memiliki satu-satunya tabung pernapasan terakhir yang ditinggalkan Carl dan memutuskan untuk kembali ke dalam air untuk mencari jalan keluar. Ketika lampu senternya mati, dia menyelam dengan hanya menggunakan sedikit cahaya yang berasal dari taring babi, sebuah hadiah ulang tahun pemberian ayahnya yang didapat ketika Frank melakukan ekspedisinya ke Kalimantan.
Tabung pernapasan Josh akhirnya kehabisan udara, yang membuatnya panik bahwa ia akan mati. Dia pun menenangkan diri ke bawah dan mengingat sesuatu yang pernah di ajarkan ayahnya, di mana dia menggunakan gelembung udara kecil yang terperangkap di langit-langit gua. Dia melakukan ini sebentar-sebentar ketika ia mencoba untuk berenang ke arah permukaan. Kelelahan dan hampir putus asa tapi dengan
keahlian Josh dalam melakukan teknik Breath Holdingpun diuji. Alhasil Keahlian Josh dalam menahan napas dan kemampuannya untuk melawan rasa panik berbuah hasil positif, Josh berhasil keluar dari gua pembunuh itu dengan bantuan sedikit oksigen yang terdapat dilangit-langit gua yang membuat dirinya selamat. Josh melihat sinar kecil yang kemungkinan berasal dari sinar matahari di depan dan dia terus menuju ke arah tersebut. Dia akhirnya dapat menembus permukaan yang ternyata adalah sebuah laut dan dia berhasil berenang menuju daratan.

Pelajaran yang dapat kita dapat yaitu kita harus yakin dan jangan mudah pututus asa, apapun teknik selam yang kita lakukan dan apapun alat selam yang kita gunakan, sebagai penyelam selalu tenang tidak boleh panik sedikitpun mengahadapi permasalahan. Karena sedikit saja kita mengalami kepanikan maka nyawa sebagai taruhan nya dan jangan lupa untuk selalu berfikir positif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar